Kata Pertama

Entah sudah berapa kali aku menulis di blog—bukan blog ini yang aku maksud, tentunya—tapi entah kenapa aku selalu dibingungkan dengan kata pertama yang harus aku pakai sebagai sambutan dalam sebuah post. Entah sudah berapa kali juga aku memusingkan hal ini dalam setiap postinganku. Sayangnya, kali ini aku kembali dipusingkan olehnya.

Pernah tidak, sih, kalian pikirkan? Pernah tidak, kalian mempunyai pikiran yang sama sepertiku? Karena menurutku, kata pertama yang muncul dan akan terbaca itu penting. Tidak sembarang kata bisa dimasukkan dan bisa cocok untuk digunakan. Kata pertama sebagai first impression—setidaknya itulah yang aku pikirkan. Jika first impression saja sudah rendah, bagaimana sebuah postingan dapat dibaca hingga akhir kata? Bagaimana postingan tersebut dapat dibaca, dikenal, dikagumi, bahkan dicintai oleh pembacanya? Useless. Lalu, untuk apa kita menulis panjang lebar, namun tidak ada yang membaca?

Ah, sudahlah. Pikiranku terlalu jauh untuk dibahas, dan akan sangat memusingkan.

Sejujurnya, banyak—bahkan sangat banyak—kata yang berkelebat di benakku, menyerangku tanpa henti. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa menuangkannya. Entah kenapa, aku tidak bisa memasukkan mereka ke sini. Dan entah kenapa, aku enggan memasukkan mereka ke dalam sini.

Sejujurnya lagi, kejadian tersebut tidak hanya terjadi sekali, dua kali, atau bahkan tiga kali. Kejadian ini sudah terlalu sering terjadi hingga aku sendiri tidak dapat menghitungnya.

Mungkin, hal itulah yang membuatku meninggalkan dunia ini selama bertahun-tahun? Dunia yang kata orang-orang tidak semua bisa menikmatinya, tidak semua bisa merasakannya, dan tidak semua bisa melakukannya. Bahkan, menurut mereka, sulit sekali menemukan kata-kata untuk menggambarkan apa yang ada dalam benak mereka. Karena itu pun, sulit sekali menemukan orang-orang yang sangat menekuni bidang ini.

Well, walau pada kenyataannya tidak sesulit yang dibayangkan, sih. Lihat saja, ada berapa banyak blog yang dibuat dalam satu hari di dunia ini? Atau- ada berapa banyak buku yang dijual dalam sebuah toko buku? Bukankah tiap buku yang berbeda itu memiliki penulis yang berbeda pula? Kalau begitu, ada banyak orang-orang yang sangat menekuni bidang ini.

Jangan pandang terlalu jauh. Di sekelilingku pun banyak, banyak sekali.

Dan dulu aku merasa bahwa aku adalah satu diantara orang-orang tersebut.

Namun sekarang, tidak. Walau aku kembali memimpikannya.

Dan karena itulah, aku kembali menulis. Di sini. Di blog ini. Di blog usang ini.

Entah kapan terakhir kali aku membuka blog ini. Tapi tentunya, aku tidak menyesali perbuatanku. Aku tidak membutuhkan alasan mengapa dulu aku membuat blog ini, dan mengapa akhirnya aku diamkan dia selama beberapa tahun.

Walaupun aku yakin, semuanya memiliki alasan.

Namun, kali ini aku tidak membutuhkannya.

Karena aku akan membiarkannya, dan akan kembali menuntun diriku.

Karena kurasa, aku sudah menemukan jawabannya.

Bahwa aku, diperintahkan untuk kembali menulis.

Seperti dulu.

4 thoughts on “Kata Pertama

  1. Selamat berusaha kembali menemukan jati dirimu yang sempat hilang selama beberapa waktu. Semoga menulis memang “benar” jati dirimu yang (mungkin) kamu cari.

    Semangat terus!

  2. Eis, baru tau Rania suka nulis juga! Gapernah ngomong! Keren-keren, tetep bejuang utk nulis Ran, kalo kamu bingung mo nulis apa, tulis tentang resensi buku aku aja hehehehe gakdeng, bisa aja tentang pengalamanmu di samba. Mangat!

Leave a reply to reynyah Cancel reply